"KENALI DIRI ANDA"

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

حمدا شكرا لله، والصلاة والسلام على رسول الله. اما بعد. 

Apa kabar semuanya. Salam sejahtera bagi kita semua. Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, saya bernama lengkap. Busro Gali. Remaja kelahiran tahun dua ribuan, dan saat ini  sedang menempuh studi S1 di perguruan tinggi islam negeri Mataram. Atau yang kita kenal dengan "universitas islam negeri (UIN) Mataram. 

Di sini saya akan mengajak para pembaca untuk melihat kembali segala hal tentang diri kita masing-masing, dari berbagai sisi yang terpaut pada kumpulan organ tubuh yang di sebut dengan istilah badan/jasad, Lalu disinggahi oleh sesuatu yang sifatnya abstrak dan kita kenal dengan sebutan ruh/nyawa, Kedua aspek ini merupakan indikator yang bersifat integral, sehingga perpaduan antara ruh dengan tubuh dapat disebut manusia. Ketika ruh berpisah dengan tubuh, maka tubuh tidak lagi disebut dengan manusia, melainkan jenazah atau mayat. Sedangkan ruh tetap kekal hingga hari kiamat, itu mengapa ruh disini hanya singgah bukan menetap di dalam jasad atau tubuh manusia, lalu apa sebenarnya hakikat manusia diciptakan? Apa saja tugas dan fungsi manusia di atas muka bumi ini,? Lalu sejauh mana kita mengenali diri kita masing-masing?. 

Mungkin ketiga pertanyaan di atas terkesan sederhana dan bahkan sangat jarang terpikirkan oleh individu pada umumnya. Bukankah keberadaan asap karena adanya api. Ada sebab dan musabbab, terbentuknya segala hal yang ada, begitu juga dengan keberadaan kita. Apa hakikat kita diciptakan, peran dan fungsi kita di muka bumi ini?. Saya rasa perlu untuk kita ulas sedikit saja, agar kita sama-sama paham tupoksi kita masing-masing, agar kita menjadi pribadi yang tahu diri, yakni yang mengetahui segala aspek yang ada pada dirinya sendiri, baik hal yang bersifat jasmani maupun ruhani, fisik maupun psikis, yang bersifat abstrak maupun konkret. Sehingga peryataan yang mengatakan "kenali diri anda" Memang terlihat sederhana dan ringan tapi jika kita telaah kembali, pernyataan tersebut tidaklah sesederhana yang kita bayangkan sebelumnya. 

Ok, silahkan kopinya diseruput dulu.!!!!

Jika sudah mari kita lanjut membahas bagaimana cara mengenali diri kita sendiri. 

Avin fadila helmi dalam jurnalnya mengutip beberapa statment koentjoro (1989) tentang konsep pengenalan diri, di mana Sejak kurang lebih 4 abad sebelum masehi, filsuf besar, Socrates dari Yunani mengatakan "Kenalilah diri sendiri". Pengenalan diri merupakan kemampuan seseorang untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga dapat melakukan respon yang tepat terhadap tuntutan yang muncul dari dalam maupun dari luar.

Pengenalan diri ini dikatakan Noesjirwan (lihat Koentjoro, 1989) merupakan langkah yang diperlukan orang untuk dapat menjalankan kehidupan ini secara efektif. Kekuatan-kekuatan yang ada pada diri merupakan aset dalam kehidupan sehari-hari namun demikian apabila kekuatan-kekuatan ini tidak disadari maka kesempatan untuk mengaktualisasikan diri akan hilang. Demikian halnya dengan kelemahan-kelemahan yang ada pada diri seseorang.

 Kelemahan yang disadari sejak awal, mempunyai kesempatan luas untuk diperbaiki. Kelemahan-kelemahan yang tidak disadari, tidak hanya merugikan diri sendiri namun juga dapat menyusahkan orang lain, Ada orang yang tidak tahu bahwa dirinya orang yang terlalu percaya diri sehingga dia merasa lebih mampu, sementara orang lain menganggap bahwa kemampuannya 'biasa-biasa' saja.

Tak jarang kita menjumpai beberapa orang Baik dalam situasi kerja maupun pergaulan sehari-hari sering ditemui pribadi yang terlalu percaya diri atau terlalu rendah menilai dirinya. 

Di sisi lain, ada juga orang yang lebih mampu melihat kesalahan-kesalahan orang lain daripada kesalahan dirinya. Seperti yang dinyatakan oleh pepatah kuno bahwa "Gajah di pelupuk mata tidak tampak, namun semut di Seberang lautan tampak. " 

Pribadi yang mengetahui dengan betul spesifikasi yang ada pada dirinya, akan lebih sering melakukan instrospeksi terhadap aktivitas yang dilakukan, serta mengadakan perbaikan dan melakukan berbagai inovasi yang menjadikan dirinya terus berkembang.

 Mengoreksi diri merupakan salah satu cara untuk mengenal dan menemukan jati diri, jangan karena terlalu percaya diri membuat kita lupa kualitas diri, sehingga kita banyak meremehkan dan merendahkan orang lain. Yang hal ini berpotensi menumbuhkan sifat sombong angkuh dan lain sebagainya, karena secara definisi sombong iyalah 

"الكبر بطر الحق وغمط الناس (رواه مسلم)"

Maknanya: “Takabur adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang

lain” (H.R. Muslim)

Berdasarkan hadits ini, orang yang takabur ada dua macam:

Pertama, seseorang yang menolak kebenaran yang disampaikan orang lain, padahal ia tahu bahwa kebenaran ada pada orang tersebut. Ia menolaknya karena orang yang menyampaikan kebenaran itu lebih muda darinya atau lebih rendah kedudukannya, sehingga ia merasa berat untuk mengikuti kebenaran itu. Padahal,  Fir’aun tidaklah binasa kecuali karena sifat takaburnya. Fir’aun telah melihat sekian banyak mu’jizat Nabi Musa ‘alaihissalam, namun ia tidak beriman kepada Nabi Musa ‘alaihissalam. Bahkan Haman, perdana menteri Fir’aun ketika itu berkata kepada Fir’aun: “Jika engkau beriman kepada Musa, maka engkau akan kembali menjadi hamba yang menyembah, padahal selama ini engkau sudah menjadi tuhan yang disembah.” Demikian pula Bani Isra’il yang diutus kepada mereka Nabi Isa ‘alaihissalam. Setelah mereka melihatmu’jizat Nabi Isa ‘alaihissalam, tidak ada yang membuat mereka tidak beriman kecuali sifat takabur mereka. Mereka selalu mengatakan bahwa jika mereka beriman, maka akan lenyaplah kehormatan dan kekuasaan mereka. Demikian pula Abu Lahab dan tokoh-tokoh kafir Quraisy. Setelah mereka melihat mu’jizat al-Qur’an dan mengakui bahwa al-Qur’an tidak seperti puisi dan prosa yang mereka kenal, tidak ada yang membinasakan mereka dan membuat mereka tidak beriman kecuali sifat takabur mereka.

Sedangkan jenis kedua dari orang takabur adalah seseorang yang menganggap dirinya memiliki keistimewaan yang melebihi orang lain. Ia melihat dirinya dengan pandangan kesempurnaan dan penuh kebaikan. Ia lupa bahwa itu semua sejatinya adalah pemberian Allah kepadanya. Dengan itu, ia lalu bersikap congkak kepada sesama hamba Allah dan merendahkan mereka, karena –menurutnya- ia jauh lebih tinggi martabatnya, lebih banyak hartanya atau lebih tampan daripada mereka. Sifat personal yang menolak kebenaran, yakni enggan untuk menerima teguran, nasihat, kritik serta saran, dan meremehkan manusia. 

Lawan dari sifat sombong ialah merendah diri atau "tawaddhu'". Tawaddu' itu sendiri termasuk di antara jenis ibadah yang paling utama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

 إنكم لتغفلوت عن أفضل العبادة التواضع، (رواه ابن حجر في الأمالي) 

Maknanya: “Sungguh kalian telah melalaikan salah satu bentuk ibadah yang paling utama, yaitu tawadlu’ (bersikap rendah hati)” (H.R. al Hafizh Ibnu  Hajar dalam al-Amali)

Nabi mengatakan demikian, tidak lain karena banyaknya orang yang terserang virus takabur. Seandainya semua orang bersikap rendah hati (tawadlu’), niscaya akan sirna dari tengah- tengah mereka sekian banyak  kebencian dan permusuhan, akan hilang rasa iri dan dengki. Mereka akan terhindar dari lelahnya persaingan, upaya bermegah-megahan dan saling membanggakan diri, serta mereka akan menikmati apa yang telah Allah  karuniakan untuk mereka. 

Namun adakalanya kita juga harus mengambil langkah kesombongan untuk memberikan pelajaran bahwa di atas langit masih ada langit. Sombong kepada orang yang sombong merupakan sedekah. "التكبر على المتكبر صدقة".  Tapi alangkah baiknya kita sebagai manusia yang dikaruniakan tuhan berupa akal dan pikiran harus kiranya mempertimbangkan kembali jika ingin mengambil langkah tersebut, karena tidak semua orang mampu untuk mengaplikasikan sedekah yang dibungkus kesombongan, hanya orang orang yang sudah mencapai maqom tertentu yang mampu dan di perbolehkan untuk mempraktikkan nya. 

Kita sebagai manusia biasa cukup mengambil sikap yang sekiranya relevan dengan kapasitas kita. Ada sebuah petuah bijak. "Merendahlah sampai orang lain tidak bisa merendahkan mu, dan mengalah lah sampai semua orang tidak bisa mengalahkan mu" 


Diakhir tulisan ini saya ingin menutup dengan sebuah statment daei Mike Robbins dan termaktub dalam bukunya yang berjudul "Be your self". Di mana beliau berulang kali menyatakan bahwa manusia di dunia ini terlahir otentik. Tidak ada rupa maupun karakter dalam jiwa seseorang yang dapat diduplikat oleh orang lain, sekalipun keduanya adalah kembar identik. Dari sini sayapun berfikir bahwasanya setiap dari diri kita memiliki kelebihan dan kekurangan, memiliki keunikan masing-masing dan tidak dimiliki oleh orang lain. 

Ketika kita sudah mampu mengenali dan mengendalikan diri, maka kita akan menemukan diri kita yang sesungguhnya, diri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan, diri yang penuh dengan keunikan dan keluarbiasaan,. Dan dengan mengenal betul siapa diri kita maka ketenangan pun akan kita rasakan dimana puncak kebahagiaan adalah ketenangan itu sendiri, dan alternatifnya adalah Berdamai dengan diri kita sendiri, berdamai dengan segala hal yang dijumpai. Menerima segala situasi yang dihadapi. Dan dengan mendamaikan diri terhadap hal hal tersebut, yakinlah kebahagiaan pasti akan kita raih, memang konsep kebahagiaan itu berbeda beda, dan di era kita saat ini lebih kepada sisi finansial, namun yang saya maksud dalam hal ini adalah ketenangan yang sifatnya abstrak yakni ketenangan dan ketentraman hati, serta kepuasan jiwa kita sendiri. Sekian. 

Wassalamualaikum warohmatulohi wabarakatuh

Komentar

  1. Baraokalloh fik. Konten semacam ini harus terus di kembangkan karena melihat zaman sekarang ini dekadensi moral kian menyusut itu mengapa bacaa semacam ini haruslah untuk terus kita dukung

    BalasHapus

Posting Komentar